Istri Menteri Pertama Skotlandia Humza Yousaf mengatakan orang tuanya, yang terjebak di Gaza sejak serangan Hamas terhadap Israel, “takut” dengan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.
Nadia El-Nakla juga mengatakan kepada BBC News bahwa sicbo online live rumah beberapa kerabat mereka hancur akibat serangan rudal.
Elizabeth El-Nakla dan Maged El-Nakla, yang tinggal di Dundee, melakukan perjalanan ke Gaza minggu lalu untuk menemui kerabatnya yang sakit.
Beberapa hari setelah perjalanan mereka, Hamas membunuh 1.200 orang, kata para pejabat Israel.
Para pejabat kesehatan Palestina mengatakan 1.200 orang tewas dalam serangan udara Israel di Gaza sementara jumlah korban tewas terus meningkat dalam konflik tersebut .
Pada hari Selasa, Yousaf menyerukan pembentukan koridor kemanusiaan di dalam dan di luar Gaza yang terkunci. Tuan dan Nyonya El-Nakla sedang mengunjungi putra mereka – ayah dari empat anak – dan ibu Tuan El-Nakla yang berusia 92 tahun, yang sedang sakit.
El-Nakla berkata: “Mereka sekarang terjebak dalam situasi perang.
“Ibu saya mengatakan bahwa ada pemboman terus menerus dari darat, laut dan udara.”
Dia mengatakan ibunya belum tidur sejak Senin dan merasa seolah-olah “setiap bagian tubuhnya gemetar”.
Keluarga tersebut berharap untuk melarikan diri pada hari Selasa namun perbatasan Rafah, antara Gaza dan Mesir, dibom dan saat ini tidak ada jalan keluar. Semua penyeberangan Israel telah ditutup.
Berbicara di Bute House, kediaman resmi menteri pertama di Edinburgh, El-Nakla mengatakan: “Mereka hanya ketakutan, benar-benar ketakutan, tentang apa yang akan terjadi dan apa yang terjadi saat ini.” Anggota dewan Kota Dundee mengatakan dia merasa terganggu dengan pernyataan yang muncul dari konflik tersebut, terutama klaim bahwa Gaza akan “dilenyapkan” sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas.
Dia menambahkan: “Hal ini membuat saya sangat takut bahwa saya tidak akan pernah bertemu mereka lagi.”
Sejak serangan udara dimulai, rumah bibi dan sepupunya hancur menjadi puing-puing.
El-Nakla berbicara kepada Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan pada hari Rabu tetapi saat ini tidak ada jalan keluar.
Jika hal itu berubah, dia yakin orang tuanya akan menghadapi “keputusan yang mustahil” karena kerabatnya yang lain tidak memiliki paspor Inggris.
Ms El-Nakla said: “At times my arms feel like lead and it feels like I am just living in a nightmare for them. So I can’t understand how they feel.” Ibu dua anak ini memiliki sejumlah skenario yang ada di kepalanya dan telah memperingatkan agar tidak melakukan pemotongan bantuan apa pun.
Dia berkata: “Ini adalah saat dimana sumber daya medis, makanan, air, dan kebutuhan dasar manusia terpenuhi. Itu adalah hukum internasional. Ini sangat penting.
“Itulah ketakutan saya. Yang pertama adalah mereka mati. Yang kedua adalah mereka kelaparan. Yang ketiga adalah rumah mereka dirobohkan dan mereka berada di kamp-kamp.
“Itu sungguh menakutkan.”
El-Nakla juga khawatir mengenai dampaknya terhadap anak-anak kakaknya, terutama keponakannya yang berusia delapan minggu.
Dia menambahkan: “Setiap kali bom meledak, lengannya gemetar ketakutan. Saya khawatir hati kecilnya tidak dapat menerima pemboman yang terus-menerus.” Sebelumnya, ibunya merekam klip video berdurasi 40 detik dari kota Deir al-Balah yang merinci penderitaan keluarganya.
Sambil berlinang air mata, ia berkata: “Kami tidak mempunyai listrik, tidak mempunyai air. Makanan yang kami punya, yang sedikit, tidak akan bertahan lama karena tidak ada listrik dan akan rusak.
“Saya mempunyai empat cucu di rumah ini – seorang bayi berumur dua bulan, seorang bayi berumur empat tahun dan, hari ini, dua anak kembar berumur sembilan tahun.
